Anggota Komisi I DPRD Joharis Ibro Minta Pemda Cari Solusi atas Anjloknya Harga Cengkeh
https://www.riaupublik.com/2019/07/anggota-komisi-i-dprd-joharis-ibro.html
NATUNA, RIAUPUBLIK - Adanya keluhan sejumlah masyarakat di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), khususnya para petani cengkeh, yang mengaku harga cengkeh saat ini menurun drastis, membuat Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Natuna mulai gusar.
Hal itu disampaikan oleh Joharis Ibro, atau yang lebih akrab disapa Awe, salah seorang Anggota DPRD Natuna, dari Komisi I. Menurutnya, anjloknya harga cengkeh dapat melukai hati para petani cengkeh yang ada di Kabupaten Natuna.
Dengan menurunnya harga cengkeh, terutama yang sudah kering, dapat membuat para petani cengkeh mengalami kerugian.
"Ya bisa rugi, karena untuk menjadikan cengkeh itu sampai mengering, butuh proses yang menghabiskan biaya, waktu dan tenaga," ujar Awe, baru-baru ini.
Karena, kata dia, upah memetik cengkeh di Kabupaten Natuna relatif cukup mahal, bila dibandingkan dengan daerah lain yang juga sebagai penghasil cengkeh. Dalam satu kilogram cengkeh yang masih bertangkai, petani harus merogoh kocek hingga Rp 10 - 12 ribu, untuk membayar jasa kepada para pemanjat pohon cengkeh.
"Disini upah metiknya mahal, nggak seperti didaerah lain. Sementara harga cengkeh itu relatif sama disini dengan daerah lain. Artinya ada perbedaan pengeluaran, namun hasil yang diperoleh oleh petani sama," katanya.
Wakil rakyat dari Daerah Pemilihan (Dapil) Natuna II, yang meliputi Kecamatan Midai, Suak Midai, Serasan, Serasan Timur dan Subi tersebut menambahkan, selain upah petik cengkeh yang mahal, harga pupuk cengkeh di Natuna juga lebih mahal, jika dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini membuat para petani cengkeh asal Natuna jarang yang membeli pupuk untuk cengkehnya, yang berakibat kurangnya produksifitas buah yang dihasilkan oleh setiap pohon cengkeh.
"Makanya petani cengkeh kita disini kadang hanya memanfaatkan garam dapur, untuk memupuk cengkehnya. Karena pupuknya mahal," beber Awe.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu meminta kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna, melalui Instansi terkait, agar mencarikan jalan keluar, bagi para petani cengkeh, supaya tidak merugi akibat anjloknya harga cengkeh kering di Natuna.
"Pemerintah Daerah Natuna harus segera mencari solusi atas anjloknya harga cengkeh ini. Karena cengkeh merupakan salah satu komoditi unggulan bagi masyarakat Natuna," harap Awe.
Sebelumnya beberapa media online Natuna telah memberitakan, mengenai anjloknya harga cengkeh kering di Natuna, khususnya yang ada di Kecamatan Serasan dan Serasan Timur. Informasi yang berhasil dihimpun oleh media ini, awalnya harga cengkeh kering disejumlah wilayah di Kabupaten Natuna bisa menembus angka Rp 120 ribu perkilogram. Lalu turun menjadi Rp 100 ribu, turun lagi menjadi Rp 80 ribu, dan saat ini justru terjun bebas dikisaran Rp 55 ribu.
Selain harga cengkeh yang anjlok, para petani cengkeh yang ada di Kecamatan Midai dan Suak Midai, juga mengeluhkan akan menurunnya jumlah produksi buah yang dihasilkan oleh setiap pohon cengkeh. Bahkan sebagian pohon cengkeh mereka ada yang mulai rusak akibat terserang hama dan mati. (Win)
Hal itu disampaikan oleh Joharis Ibro, atau yang lebih akrab disapa Awe, salah seorang Anggota DPRD Natuna, dari Komisi I. Menurutnya, anjloknya harga cengkeh dapat melukai hati para petani cengkeh yang ada di Kabupaten Natuna.
Dengan menurunnya harga cengkeh, terutama yang sudah kering, dapat membuat para petani cengkeh mengalami kerugian.
"Ya bisa rugi, karena untuk menjadikan cengkeh itu sampai mengering, butuh proses yang menghabiskan biaya, waktu dan tenaga," ujar Awe, baru-baru ini.
Karena, kata dia, upah memetik cengkeh di Kabupaten Natuna relatif cukup mahal, bila dibandingkan dengan daerah lain yang juga sebagai penghasil cengkeh. Dalam satu kilogram cengkeh yang masih bertangkai, petani harus merogoh kocek hingga Rp 10 - 12 ribu, untuk membayar jasa kepada para pemanjat pohon cengkeh.
"Disini upah metiknya mahal, nggak seperti didaerah lain. Sementara harga cengkeh itu relatif sama disini dengan daerah lain. Artinya ada perbedaan pengeluaran, namun hasil yang diperoleh oleh petani sama," katanya.
Wakil rakyat dari Daerah Pemilihan (Dapil) Natuna II, yang meliputi Kecamatan Midai, Suak Midai, Serasan, Serasan Timur dan Subi tersebut menambahkan, selain upah petik cengkeh yang mahal, harga pupuk cengkeh di Natuna juga lebih mahal, jika dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini membuat para petani cengkeh asal Natuna jarang yang membeli pupuk untuk cengkehnya, yang berakibat kurangnya produksifitas buah yang dihasilkan oleh setiap pohon cengkeh.
"Makanya petani cengkeh kita disini kadang hanya memanfaatkan garam dapur, untuk memupuk cengkehnya. Karena pupuknya mahal," beber Awe.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu meminta kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna, melalui Instansi terkait, agar mencarikan jalan keluar, bagi para petani cengkeh, supaya tidak merugi akibat anjloknya harga cengkeh kering di Natuna.
"Pemerintah Daerah Natuna harus segera mencari solusi atas anjloknya harga cengkeh ini. Karena cengkeh merupakan salah satu komoditi unggulan bagi masyarakat Natuna," harap Awe.
Sebelumnya beberapa media online Natuna telah memberitakan, mengenai anjloknya harga cengkeh kering di Natuna, khususnya yang ada di Kecamatan Serasan dan Serasan Timur. Informasi yang berhasil dihimpun oleh media ini, awalnya harga cengkeh kering disejumlah wilayah di Kabupaten Natuna bisa menembus angka Rp 120 ribu perkilogram. Lalu turun menjadi Rp 100 ribu, turun lagi menjadi Rp 80 ribu, dan saat ini justru terjun bebas dikisaran Rp 55 ribu.
Selain harga cengkeh yang anjlok, para petani cengkeh yang ada di Kecamatan Midai dan Suak Midai, juga mengeluhkan akan menurunnya jumlah produksi buah yang dihasilkan oleh setiap pohon cengkeh. Bahkan sebagian pohon cengkeh mereka ada yang mulai rusak akibat terserang hama dan mati. (Win)