Postingan
Sidang perambahan HPT TESSO NILO TIGA saksi Dihadirkan JPU Mengaku Pemilik.
https://www.riaupublik.com/2018/11/sidang-perambahan-hpt-tesso-nilo-tiga.html
Minggu, 18 November 2018
PELALAWAN RIAUPUBLIK. COM, Majelis hakim yang memimpin sidang diketuai Nelson Angkat SH MH yang merupakan Ketua PN Pelalawan, didampingi Ria Ayu Rosalin SH MH dan Rahmad Hidayat Batubara SH MH sebagai hakim anggota.
Sedangkan JPU yang hadir yakni Kasi Intel Praden simanjuntak, Kasi Pidum Agus kurniawan, serta jaksa fungsional himawan Saputra.
Dalam persidangan terkuak fakta oleh ke tiga saksi yang di hadirkan JPU yaitu 1.
Dr. Jagirsing Dhilon, 2. Ranjith Shing, 3.Ranjoot shing.
Demikian keterangan saksi Dr.Jagirsing dalam persidangan ke empat di PN pelalawan 13,11,2018 kepada majelis katanya! Awalnya lahan yang saya kuasai di beli dari rio candra pakpahan, dimana sebelumnya yang mempertemukan saya dengan rio chandra pakpahan adalah sinaga selanjutnya saya di tunjukkan lokasi yang berada di KM 87, setelah bernegosiasi dan melihat lahan sekira hari jumat 2011 dilakukan transaksi pembayaran melalui Rek sejumlah 1 milyar dengan luas lahan 200 Ha dengan keadaan hutan belukar. Kemudian urusan surat menyurat ini dari koperasi segati jaya, dimana ketuanya adalah Batin, Sementara tambah Dr. Jagirsing Dhilon yang di sangkakan atas nama SUKHDEV SINGH ( terdakwa, Red, ) Sementra SUKHDEV SINGH adalah pekerja di lapangan yang di gaji dari kami ber 3 sebesar Rp 7 juta perbulan yaitu ( Dr. Jagirsing Dhilon, Ranjith Shing., Ranjoot shing ) tugas SUKHDEV SINGH adalah sebagai Pembuatan bibit, pengolah lahan, pembuatan jalan. Lahan yang bisa kami kuasai hanya 145 Ha, dimana sebelumnya kami membeli seluas 200ha, sisa 55ha lagi di kuasai orang lain.,dengan umur yang bervariasi dari umur 3 sampai 6 th dan sudah produksi yang hasilnya di jual ke PKS. Selanjutnya masalah alat berat excapator milik Ranjith Shing sejak 3 bulan terakhir membuat jalan dan parit, ketika DLHK datang alat sudah di bawa dan di sita ke kantor kehutanan pekan baru, yang di informasikan operator ke saya.
Nah mengenai larangan dari pihak kehutanan tambahnya lagi saya tidak pernah ada teguran dan tidak pernah ada Pamplet yang bertuliskan larangan dari kehutanan, namun setelah alat berat excapator di sita oleh gakum baru muncul pamplet larangan, tandasnya megakhiri kepada majelis hakim.
Ranjith Shing sebagai saksi ke II mengatakan hal yang sama, memang benar kami pemilik kebun di KM 87 yang kami beli dari Rio Chandra Pakpahan yang mana sebelum pembayaran di lakukan pengukuran ada lima orang yang ikut dalam pengukuran lahan yang kami beli yaitu salah satunya batin antan sekaligus ketua koperasi. namun kantor kami pernah di obrak abrik dan di sita alat berat pada april 2017 oleh pihak kehutanan, selain itu kami selaku pemilik kebun sawit ini, juga ikut berkontribusi terhadap masyarakat yang mana hasil kebun di potong 5%, selain kebun segati yang 145 Ha kami ber tiga juga memiliki kebun kelapa sawit kurang lebih 140 Ha yang terletak di bukit Kesuma, sejauh ini kita tidak pernah mengurus ijin ke kehutanan karena kita yakin ada surat batin tanah ulayat dan pihak kehutannan tidak pernah membuat teguran atau larangan dalam bntuk apapun.
Ranjoot shing sebagai saksi ke III juga mengatakan hal yang sama saudara SUKHDEV SINGH yang dijadikan terdakwa dalam persidangan merupankan pekerja di kebun kelapasawit kami dan bukan sebagai pemilik.
Ditempat terpisah Edowar Hutapea, Kasi Wilayah II Balai Gakum Wilayah Sumatera. Mengatakan dalam what shapnya Mudah2an dari persidangan yang sedang berjalan dapat fakta2 yang membuka setiap orang yang bertanggung jawab hukum dengan pelanggaran dimaksud, saat ini KLHK secara sungguh2 mengumpulkan informasi dan fakta termasuk dengan kemungkinan ada pidana lainnya yang akan diselesaikan melalui penyidikan bersama penyidik lainnya(74yung)
 |
| Keterangan poto ke tiga saksi yg mengaku pemilik lahan kebun sawit di segati kl 87 |
Sedangkan JPU yang hadir yakni Kasi Intel Praden simanjuntak, Kasi Pidum Agus kurniawan, serta jaksa fungsional himawan Saputra.
Dalam persidangan terkuak fakta oleh ke tiga saksi yang di hadirkan JPU yaitu 1.
Dr. Jagirsing Dhilon, 2. Ranjith Shing, 3.Ranjoot shing.
Demikian keterangan saksi Dr.Jagirsing dalam persidangan ke empat di PN pelalawan 13,11,2018 kepada majelis katanya! Awalnya lahan yang saya kuasai di beli dari rio candra pakpahan, dimana sebelumnya yang mempertemukan saya dengan rio chandra pakpahan adalah sinaga selanjutnya saya di tunjukkan lokasi yang berada di KM 87, setelah bernegosiasi dan melihat lahan sekira hari jumat 2011 dilakukan transaksi pembayaran melalui Rek sejumlah 1 milyar dengan luas lahan 200 Ha dengan keadaan hutan belukar. Kemudian urusan surat menyurat ini dari koperasi segati jaya, dimana ketuanya adalah Batin, Sementara tambah Dr. Jagirsing Dhilon yang di sangkakan atas nama SUKHDEV SINGH ( terdakwa, Red, ) Sementra SUKHDEV SINGH adalah pekerja di lapangan yang di gaji dari kami ber 3 sebesar Rp 7 juta perbulan yaitu ( Dr. Jagirsing Dhilon, Ranjith Shing., Ranjoot shing ) tugas SUKHDEV SINGH adalah sebagai Pembuatan bibit, pengolah lahan, pembuatan jalan. Lahan yang bisa kami kuasai hanya 145 Ha, dimana sebelumnya kami membeli seluas 200ha, sisa 55ha lagi di kuasai orang lain.,dengan umur yang bervariasi dari umur 3 sampai 6 th dan sudah produksi yang hasilnya di jual ke PKS. Selanjutnya masalah alat berat excapator milik Ranjith Shing sejak 3 bulan terakhir membuat jalan dan parit, ketika DLHK datang alat sudah di bawa dan di sita ke kantor kehutanan pekan baru, yang di informasikan operator ke saya.
Nah mengenai larangan dari pihak kehutanan tambahnya lagi saya tidak pernah ada teguran dan tidak pernah ada Pamplet yang bertuliskan larangan dari kehutanan, namun setelah alat berat excapator di sita oleh gakum baru muncul pamplet larangan, tandasnya megakhiri kepada majelis hakim.
Ranjith Shing sebagai saksi ke II mengatakan hal yang sama, memang benar kami pemilik kebun di KM 87 yang kami beli dari Rio Chandra Pakpahan yang mana sebelum pembayaran di lakukan pengukuran ada lima orang yang ikut dalam pengukuran lahan yang kami beli yaitu salah satunya batin antan sekaligus ketua koperasi. namun kantor kami pernah di obrak abrik dan di sita alat berat pada april 2017 oleh pihak kehutanan, selain itu kami selaku pemilik kebun sawit ini, juga ikut berkontribusi terhadap masyarakat yang mana hasil kebun di potong 5%, selain kebun segati yang 145 Ha kami ber tiga juga memiliki kebun kelapa sawit kurang lebih 140 Ha yang terletak di bukit Kesuma, sejauh ini kita tidak pernah mengurus ijin ke kehutanan karena kita yakin ada surat batin tanah ulayat dan pihak kehutannan tidak pernah membuat teguran atau larangan dalam bntuk apapun.
Ranjoot shing sebagai saksi ke III juga mengatakan hal yang sama saudara SUKHDEV SINGH yang dijadikan terdakwa dalam persidangan merupankan pekerja di kebun kelapasawit kami dan bukan sebagai pemilik.
Ditempat terpisah Edowar Hutapea, Kasi Wilayah II Balai Gakum Wilayah Sumatera. Mengatakan dalam what shapnya Mudah2an dari persidangan yang sedang berjalan dapat fakta2 yang membuka setiap orang yang bertanggung jawab hukum dengan pelanggaran dimaksud, saat ini KLHK secara sungguh2 mengumpulkan informasi dan fakta termasuk dengan kemungkinan ada pidana lainnya yang akan diselesaikan melalui penyidikan bersama penyidik lainnya(74yung)
