Riya’ Dalam Islam – Hukum, Jenis, Ciri – Ciri dan Bahayanya
https://www.riaupublik.com/2017/08/riya-dalam-islam-hukum-jenis-ciri-ciri.html
Rabu, 23 Agustus 2017
KHAZANAH, RIAUPUBLIK.Com-- Dalam bahasa Arab, arriya’ (الرياء) berasal dari kata kerja raâ ( راءى) yang bermakna memperlihatkan. Riya’merupakan
memperlihatkan sekaligsu memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan
agar diperhatikan dan mendapat pujian dari orang lain. Riya’ termasuk karena meniatkan ibadah selain kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
“Sesungguhnya
amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya amalan seseorang
itu akan dibalas sesuai dengan apa yang ia niatkan.”(Muttafaqun ‘alaihi).
Adapun
amal perbuatan yang diridhai Allah SWT ialah yang diniatkan kepada
Allah semata, dikerjakan dengan ikhlas sesuai dengan kemampuan, tidak
pilih kasih, dan merupakan rahmat bagi seluruh alam. Sementara ibadah
yang tidak akan diterima oleh Allah merupaka amal ibadah yang dikerjakan
dengan niat bukan kepada Allah, tidak ikhlas karena ingin mendapat
imbalan (bisa berupa pujian atau penghargaan), serta mengada-ada.
Allah SWT berfirman yang artinya;
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada
manusia.” (Q. S. Al-Baqarah : 264).
Bersamaan dengan sum’ah, riya’ merupakan perbuatan tercela dan masuk ke dalam syirik kecil. Allah SWT berfirman yang artinya;
“Sesungguhnya
orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan
malas, mereka bermaksud riya’ (dengan shalat itu) dihadapan manusia, dan
tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.” (Q. S. An-Nisa’ : 142)
Hukum Riya’
Perbuatan riya’ termasuk ke dalam syirik kecil sehingga dilarang oleh agama Islam dan hukumnya adalah haram. Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
“Sesungguhnya
yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian
adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya,
apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu ‘alaihi
wasallam menjawab: “Ar Riya’.”
Jenis – Jenis Riya’
1. Riya’ dalam niat
Berkaitan
dengan niat di dalam hati seseorang yang merupakan awal daripada setiap
perbuatan yang menyebabkan tidak adanya rasa ikhlas. Dalam sebuah
hadist yang artinya;
“Aku
mendengar Umar bin Khattab berkata di atas mimbar; ‘Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda; ‘Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung
niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang
ia niatkan.” (H. R. Bukhari Muslim).
2. Riya’ dalam perbuatan
Lanjutan
daripada niat di dalam hati tadi, yakni menunjukkan segala tindak
perbuatan atau ibadah dihadapan orang lain dengan tujuan untuk
diperhatikan dan mendapat pujian. Macam-macam riya’ dalam perbuatan adalah:
- Riya’ badan. Misalnya; memamerkan tubuh yang kurus tanda rajin berpuasa.
- Riya’ dalam pakaian. Misalnya; menganakan pakaian yang sesuai dengan syar’i agar dianggap sebagai orang yang alim.
- Riya’ dalam ucapan. Misalnya; membaca Al-Qur’an dengan suara yang, merdu dan fasih dihadapan orang agar dipuji.
Ciri dari Perbuatan Riya’
Ada tiga ciri dasar yang merupakan akar daripada perbuatan riya’ yakni;
- Serius dan giat bekerja ketika mendapat pujian, dan sebaliknya, akan malas jika tidak ada yang memerhatikan atau tidak ada yang memberi penghargaan. Bahkan cenderung melepas tanggung jawab atas pekerjaan tersebut apabila ada orang lain yang mencela.
- Saat bekerja kelompok akan sangat bersemangat dan profesional, namun menjadi sangat malas saat mengerjakan sesuatu sendirian.
- Ketika berada dihadapan banyak orang akan selalu mawas diri daripada perbuatan yang melanggar perintah Allah SWT. Sebaliknya, saat orang lain tidak melihat maka akan melakukan perbuata-perbuatan yang tercela.
Bahaya terhadap Riya’
Riya’
kini sudah begitu merajalela. Meskipun dari setiap orang memiliki kadar
yang berbeda, tetap saja tujuannya adalah sama-sama ingin mendapat
pujian dari manusia dan tidak ikhlas. Riya’ berbahaya karena merupakan salah satu daripada penyakit hati yang menjadikan seseorang masuk dalam golongan orang munafik.
Riya’ juga merupakan dosa besar karena tergolong dalam perbuatan syirik yang mendatangkan murka Allah SWT. Balasannya tidak lain adalah siksa api neraka.
Riya’ dapat
menimpa siapa saja bahkan termasuk orang mukmin yang shaleh dan
shalehah sekalipun. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, dan
diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW mengabarkan bahwa golongan
yang pertama kali dihisab adalah yang mati syahid, mempelajari dan
mengajarkan ilmu, dan bersedekah.
Akan
Allah SWT justru melempar ketiganya ke dalam api neraka karena amal
ibadah yang mereka lakukan tidak dengan niat kepada Allah SWT. Firman
Allah SWT yang artinya;
“Dan
apabila mereka (kaum munafikin) berdiri mengerjakan shalat, maka mereka
berdiri dalam keadaan malas dan riya’ di hadapan manusia dan tidaklah
mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (Q. S. An Nisa ayat 142).
Masih banyak lagi bahaya perbuatan riya’ yang tentu saja sangat merugikan, yakni:
- Menghapus amalan yang dikerjakan
- Pada hari kiamat akan dipermalukan dihadapan seluruh makhluk
- Menjadikan amal ibadah yang baik menjadi batal, berubah buruk, dan berbuah dosa
- Lebih berbahaya daripada fitnah
- Terhalang daripada taufik dan hidayah Allah SWT
- Menimbulkan kesempitan dalam hidup
- Menjadi penyebab jiwa yang tidak tenang dan gelisah
- Khilangnya wibawa dan kharisma diri di hadapan orang lain, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Hajj ayat 18, yang artinya; “Barangsiapa yang dihinakan Allah, niscaya tiada seorangpun yang akan memuliakannya.”
- Profesionalisme kerja tidak ada lagi
- Terjebak dalam sikap sombong yang hanya akan menyulitkan diri sendiri
- Menghilangkan keimanan
- Menimbulkan kesengsaraan
- Akan mendapat siksa di akhirat
Beberapa Perkara yang Disangka Riya dan Syirik
Pada dasarnya, perbuatan riya’ itulah
adalah didasarkan daripada niatnya dalam mengerjakan amal ibadah yang
ditujukan kepada selain Allah SWT. Oleh karena niat, orang lain tidak
akan tahu bahwa apa yang dikerjakan itu tujuannya adalah untuk mendapat
pujian. Oleh sebab itu, baiknya mengenali beberapa perkara yang
kebanyakan dikira riya’ dan syirik, padahal bukan.
- Tidak dengan sengaja mendapat pujian dari orang lain atas perbuatan baik yang dilakukan. Dari Abu Dzar: “Ditanyakan kepada Rasulullah SAW;
“Beritakan
kepadaku tentang seseorang yang melakukan amalan kebaikan dan
orang-orang memujinya padanya!” Beliau bersabda: “itu adalah kabar
gembira yang segera bagi seorang mukmin.” (H. R. Muslim).
- Ibadah yang dilakukan dengan giat tidak hanya dihadapan orang lain tapi juga saat sendirian.
- Membaguskan pakaian bukan untuk pamer atau ingin dipuji melainkan karena Allah SWT menyukai keindahan. Dari Abdullah bin Mas’ud RA, Nabi Muhammada SAW bersabda yang artinya;
“Tidak
akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat
biji sawi”. Seorang laki-laki bertanya : “Ada seseorang suka bajunya
bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?)”. Beliau
menjawab : “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan
kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (H. R. Muslim).
- Tidak membeberkan atau menceritakan dosa sendiri, bukan maksud untuk menutupi kekurangan agar hanya dilihat kebaikannya. Tapi berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang artinya;
“Semua
umatku akan diampuni (atau : tidak boleh dighibah) kecuali orang yang
melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan. Dan sesungguhnya termasuk
melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan, yaitu seseorang yang
melakukan perbuatan (kemaksiatan) pada waktu malam dan Allah telah
menutupinya (yakni, tidak ada orang yang mengetahuinya), lalu ketika
pagi dia mengatakan : “Hai Fulan, kemarin aku melakukan ini dan itu”,
padahal pada waktu malam Allah telah menutupinya, namun ketika masuk
waktu pagi dia membuka tirai Allah terhadapnya. ” (H. R Bukhari dan Muslim).