Komnas Perlindungan Anak : KETUA MPR-RI DIALOG KEBANGSAAN DENGAN RATUSAN PESRSERTA KONGRES ANAK INDONESIA
https://www.riaupublik.com/2017/12/komnas-perlindungan-anak-ketua-mpr-ri.html
Selasa,19
Desember 2017
BEKASI,
RIAUPUBLIK.Com-- Komnas Anak : Setelah
Kongres Anak Indonesia (KAI) XIV yang dilangsungkan dari tanggal 17-21 Desember
2027 di Bekasi, Jawa Barat, secara resmi dibuka oleh Wakil Walikota
Kota Bekasi, acara dilanjutkan dengan dialog bertajuk "Kebangsaan Anak
Indonesia" dengan menghadirkan tiga narasumber yakni Zulkifli Hasan
sebagai ketua MPR-RI, Arist Merdeka Sirait Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak
dan Kepala Kesbangpol Kota Bekasi mewakili Walikota Bekasi dan DR. Noval
Arsyaad bertindak sebagai Moderator mengusung tema Dialog tentang
Kebangsaan Anak Indonesia "Aku Cinta Perdamaian, Pluralisme dan
Tolenrasi, PANCASILA rumah Kita.
Dihadapan ratusan anak
peserta Kongres Anak Indonesia yang ke XIV-2017, Ketua MPR'RI Zulkifli Hasan
menyampai pesan kebangsaan kepada anak Indonesia sebagai pembekalan anak-anak
untuk membahas isu Kebangsaan, Nasionalisme dan kebinekatunggalikasan kedalam
sidang-sidang Komisi Kongres Anak Indonesia, . Zulkifli Hasan mantan Menteri
Pertanian dan Pangan dimasa pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudoyono
berpesan kepada Anak Indonesia bahwa Indonesia merupakan jalan tengah terhadap
masalah kebangsaan yang tidak perlu diperdebatkan.
Jalan panjang sejarah
dan persamaan nasib telah menyadarkan kita bahwa perbedaan itu memang harus ada
tetapi tidak untuk menjadi perpecahan.
Keberagaman dan
perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan anugetah Tihan yang
senangtiasa harus dipelihara dan tidak bokeh disamakan. Sedikitnya Indonesia
punya 600 an lebih etnik dan ragam bahasa, termasuk keragaman agama, budaya
serta latarbelakang yang tidak bisa disamakan.
Karena itu,; Zulkifli
mengajak anak-anak Indonesia untuk tidak mundur kebelakang lagi setelah 72
tahun Indonesia merdeka dengan menjadikan soal suku, agama dan keberagaman yang
ada sebagai penyebab perpecahan. Tetapi keberagaman itu justru harus disikapi
dengan saling menghormati dan menghargai.
Hal ini ditegaskan
Zulkifli Hasan saat menjadi narasumber bertajuk " Dialog Kebangsaan Anak
Indonesia" dalam rangkaian dari Kongres Anak Indonesia ke XIV tahun 2017
yang digelar hari Senin 18/12/17 usai acara pembukaan KAI di Auditorium Graha
Murdhika Bekadi, Jawa Barat.
Dihadapan 159 anak
yang menjadi delegasi Kongres Anak Indonesia dan 32 pendamping dari
lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten dan Kota, Dinas PPPA, Dinas
Pendidilan dan aktivis Anak dan NGO peduli anak dari berbagai daerah di
Indonesia dan dihadiri juga olehvratusan anak-anak sekolah di
Bekasi, beserta para pejabat dilingkungan pemerintahan Kota Bekasi,
KPAI Daetan Kota Bekasi, dan pemangku kepentingan anak, Ketua Umum Komnas
Perlindungan Anak ARIST MERDEKA SIRAIT menegaskan bahwa pelaksanaan KAI
ke XIV bertujuan untuk memberikan akses seluas-luasnya bagi anak untuk
mendiskusikan nilai-nilai kebangsaan yang mulai luntur dan tergerus oleh
arus globalisasi teknologi dan informasi sekaligus untuk memberikan kesempatan
bagi anak anak melalui Pelaksanaan Kongres Anak Indonesia belajar tentang
berdemokrasi, belajar menghargai perbedaan dan keberagaman anak di Indonesia.
Arist Merdeka Sirait
menambahkan bahwa Pelaksanaan Kongres Anak Indonesia oni dilaksanakan sekali
dalam setahun merupakan perwujudan dari pengimplementasian hak anak atas
partisipadi dan hak anak untuk didengar pendapatnya sesuai dengan mandat dan
ketentuan dari artikel 13 Konvensi Hak Anak (KHA) serta pasal 24 UU RI
Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Hal yang paling riskan
yang mengancam eksistensi keberagaman anak di Indonesia saat selain ancaman
kejahatan seksual adalah penanaman paham-paham radikalisme, kebencian,
Intoleransi dan persekusi dilingkungan kehidupan anak di Indonesia yang sedang
menggejalah dan menakutkan.
Anak-anak sebagai
amanah yang mempunyai harkat dan martabat harus diselamatkan karena tampuk masa
depan Indonesia hebat yang menghargai plutalisme dan menjungjung tinggi
hak asasi manusia adalah ditangan anak Indonesia.
Oleh sebab itu, perlu
cara cerdas untuk menangkalnya dan bahkan memutus mata rantainya dapat
dilakukan dengan menumbuhkan semangat baru melalui penanaman nilai-nilai
kebangsaan anak Indonesia, cinta tanah, cinta Indonesia, cinta pluralismrle,
menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan keadilan serta menghargai
perbedaan dan keberagaman sebagai keutuhan ciptaan Tuhan.
Diakhir Kongres Anak
Indonesia diharapkan akan menghasilkan Sikap Anak Indonesia tentang Kebangsaan,
nasionalisme serta Kebinekatunggalikaanvyangvakan disetahkan kepada MPR dan DPR
RI serta kepada masing-masing pemerintah daerah asal delegadi KAI dan
penetapan 10 Anak yang bakal dipilih secara demokratis oleh anak
Indonesia melalui KAI XIV/ 2017 menjadi Duta Anak yang mengusung anak
sebagai duta anak untuk kebangsaan dan kebinekaan, duta anak untuk
perdamaian dan keadilan seta duta anak untuk pluralisme dan Toleransi.
Dialog intetaktif yang
dimodetatori DR. Noval Arsyaad secara partisipatif juga mengajak anak-anak
Indonesia sebagai generasi penerus bangsa untuk memanfaatkan kesempatan masa
muda untuk dapat memberikan pandangan-pandangan dan pendapat anak yang inovatif
bagi para pemangku kepentingan Anak karena menggunakan hak untuk mengeluarkan
pendapat dan kebebasan berorganisasi dan berkumpul merupakan hak yang
fundamental yang dimiliki anak secara universal.(rls/rpc)